Kamis, 19 November 2009

Seni Ukir

Sintang,- Seni ukir Kabupaten Sintang sangat menjajikan. Bahkan, kini produksi patung yang terbuat dari kayu tembesu, sudah masuk ke pasar luar dan tidak kalah bersaing. Hanya saja, pihak perajin masih memerlukan dukungan pemerintah, dalam mencari pasar. "Kerajinan seni ukir ini perlu perhatian khusus terutama masalah pemasarannnya," kata Sulaiman seorang perajin patung kepada Pontianak Post dua hari yang lalu. Sementara itu ,menurut Barto, karya seni padat ini harus ada dukungan dari semua komponen terutama Pemkab, dengan sering melakukan kegiatan pameran. "Seringnya melakukan kegiatan itu, maka nilai jualnya bertambah, karena warga bisa melihat secara langsung bentuk dan jenis patung yang mereka inginkan," ujarnya. Kegiatan pameran pegelaran seni itu bertujuan untuk melestarikan budaya serta memberikan motivasi kreatif seni kepada generasi muda, imbuhnya lagi. Selain itu untuk mengembangkan seni ukir ini, mereka telah membentuk Sanggar Bugar Lestari Budaya Sintang (SBLBS) mengenai seni pahat. Dalam Sanggar itu tidak kurang dari ratusan jenis patung-patung telah mereka buat terdiri dari aneka bentuk. Kelemahan dan hambatan yang mereka rasakan pada saat ini, hasil-hasil karya mereka dalam seni pahat belum dikenali konsumennya. Baik warga Sintang maupun para pejabat serta pengusaha. "Pemasaran menjadi kendala selama ini, " paparnya. Sebenarnya Sintang mempunyai potensi seni ukir, bahkan ke depannya mempunyai prospek cerah untuk dikembangkan. Kata Barto, dalam pembuatan patung kayu dari kayu tembesu tidak masalah dalam produksinya, apalagi bahan baku. Tiga minggu satu buah patung jadi dikerjakan. (bd)< Seni ukir Kabupaten Sintang sangat menjajikan. Bahkan, kini produksi patung yang terbuat dari kayu tembesu, sudah masuk ke pasar luar dan tidak kalah bersaing. Hanya saja, pihak perajin masih memerlukan dukungan pemerintah, dalam mencari pasar. "Kerajinan seni ukir ini perlu perhatian khusus terutama masalah pemasarannnya," kata Sulaiman seorang perajin patung kepada Pontianak Post dua hari yang lalu. Sementara itu ,menurut Barto, karya seni padat ini harus ada dukungan dari semua komponen terutama Pemkab, dengan sering melakukan kegiatan pameran. "Seringnya melakukan kegiatan itu, maka nilai jualnya bertambah, karena warga bisa melihat secara langsung bentuk dan jenis patung yang mereka inginkan," ujarnya. Kegiatan pameran pegelaran seni itu bertujuan untuk melestarikan budaya serta memberikan motivasi kreatif seni kepada generasi muda, imbuhnya lagi. Selain itu untuk mengembangkan seni ukir ini, mereka telah membentuk Sanggar Bugar Lestari Budaya Sintang (SBLBS) mengenai seni pahat. Dalam Sanggar itu tidak kurang dari ratusan jenis patung-patung telah mereka buat terdiri dari aneka bentuk. Kelemahan dan hambatan yang mereka rasakan pada saat ini, hasil-hasil karya mereka dalam seni pahat belum dikenali konsumennya. Baik warga Sintang maupun para pejabat serta pengusaha. "Pemasaran menjadi kendala selama ini, " paparnya. Sebenarnya Sintang mempunyai potensi seni ukir, bahkan ke depannya mempunyai prospek cerah untuk dikembangkan. Kata Barto, dalam pembuatan patung kayu dari kayu tembesu tidak masalah dalam produksinya, apalagi bahan baku. Tiga minggu satu buah patung jadi dikerjakan. (bd)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar